Selamat Datang

Senin, 28 Oktober 2013

PENGERTIAN DAN KONSTITUEN-KONSTITUEN KLAUSA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat.
Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan: bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Frase, klausa, dan kalimat adalah satuan bahasa. Konsrtuksinya disebut konstruksi sintaksis. Dilihat dari tatanan unsur-unsur pembentuknya, frase, klausa, dan kalimat itu merupakan konstruksi, yang secara khas disebut sintaksis karena konstruksi-konstruksi itu dibahas dan dikaji dalam subdisiplin sintaksis. Atas dasar pemikiran itu dikenal konstruksi frase, konstruksi klausa, dan konstruksi kalimat (Suparno, 1987:7).
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis klausa, subjek dari klausa mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa.

1.2    Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
a.    Pengertian klausa.
b.    Konstituen-konstituen klausa.

1.3    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal dan memahami pengertian, konstituen dan konstruksi klausa.
1.4    Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian dan konstituen-konstituen klausa.
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian dan konstituen-konstituen klausa.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110).
Klausa adalah satuan gramatikal yang tersusun oleh kata, oleh frasa, oleh kata dan frasa, dan memiliki ciri predikatif. Dalam bahasa Inggris, klausa selalu ditentukan oleh verba atau yang paling kata bantu verba. Dalam bahasa Indonesia, klausa ditentukan oleh cirri predikatif. Karena itu dalam bahasa Indonesia dikenal klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal adalah klausa yang diisi predikat yang berkategori verba, sedangkan klausa nonverbal adalah klausa yang diisi predikat yang berkategori nonverbal (adjektiva, nomina, dsb.). Dengan kata lain, dalam satu klausa hanya ada satu predikat. (Badudu, 1986:9).
Misalnya:    (1) Adikku laki-laki
         (2) Adikku pandai sekali
         (3) Adikku menangis
 (4) Adikku meniup harmonica
Konstruksi-konstruksi tersebut tergolong klausa karena memiliki cirri predikatif. Konstruksi (1) predikatnya berupa nomina (laki-laki); konstruksi (2) predikatnya berupa frasa adjectival (pandai sekali); konstruksi (3) dan (4) predikatnya berupa verba menangis dan meniup.
Dalam bahasa Indonesia, pembicaraan klausa selalu dikaitkan dengan kalimat. Artinya, jika kite berbicara tentang klausa sebenarnya kita juga sudah masuk ke kajian kalimat. Karena memang, klausa merupakan bagian dari kalimat. Perbedaannya hanya terletak pada intonasi. Jika kalimat memiliki intonasi belum final (tergantung/terikat pada konstruksi lain), maka kalimat intonasinya sudah final (tidak terikat pada konstruksi lain). Dengan klausa tersebut (1 s.d 4) dapat menjadi kalimat apabila memperolah intonasi akhir kalimat yaitu intonasi final.
Misalnya:     (1a) Adikku laki-laki. (pemberitahuan)
         (1b) Adikku laki-laki? (pertanyaan)
    Konstruksi-konstruksi (1 s.d 4) termasuk ke dalam konstruksi ekaklausa (klausa tunggal). Bandingkan dengan konstruksi berikut.
(5) Adikku menangis, ketika melihat anjing.
Konstruksi (5) termasuk konstruksi yang terdiri atas dua klausa, yaitu klausa adikku menangis dan (adikku) melihat anjing. Konstruksi yang seperti ini yang disebut klausa majemuk (poliklausa).
2.2 Ciri-ciri Klausa
Adapun ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut:
a.    Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang.
b.    Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final.
c.    Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat.
d.    Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut, selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.
2.3 Konstituen-konstituen Klausa
Konstituen –konstituen klausa berupa fungsi-fungsi sintaksis. Fungsi-fungsi sintaksis klausa dapat dipilah menjadi dua, yakni fungsi inti dan fungsi luar inti. Fungsi inti adalah fungsi yang harus hadir jika klausa itu dinyatakan secara bebas. Tidak dalam konteks terikat.
Konstituen inti klusa dapat dipolakan menjadi beberapa kemungkinan, yaitu sebagai berikut.
a.    Konstituen klausa terdiri atas subjek (S) dan predikat (P). biasanya terdapat dalam klausa intransitive.
Misalnya Dia menangis, Kami berlari.
b.    Klausa terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan objek (O). biasanya terdapat dalam klausa ekatransitif.
Misalnya Dia mengganggu saya, Anak itu membeli pinsil.
c.    Klausa terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelangkap (Pel). Biasanya terdapat dalam klausa semitransitif. Klausa ini tidak dapat dipasifkan.
Misalnya Orang itu berjualan emas, Negara ini berdasarkan Pancasila.
Berbeda dengan klausa transitif yang dapat dipasifkan.
d.    Klausa itu mencakup lima fungsi, yakni subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel) dan keterangan (K). klausa ini biasa disebut klausa dwitransitif, karena predikat diikuti oleh dua konstituen, yakni objek dan pelangkap.
Misalnya Ali memberi saya uang kemarin.
2.4 Subjek, Predikat, Objek, Pelangkap, dan Keterangan
2.4.1 Fungsi Subjek
    Fungsi subjek dalam sebuah klausa/kalimat dapat diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan apa atau siapa yang dibicarakan oleh predikat (P) sebuah klausa. Beberapa cirri yang dapat dikemukakan dalam uraian ini dapat dilihat berikut ini.
a.    Sesuatu yang menjadi pangkal pembicaraan yang diberitakan/diterangkan oleh predikat (P).
b.    Subjek pada umumnya berkategori nomina.
c.    Subjek dapat diikuti dengan kelas kata demonstratif ini dan itu.
d.    Subjek dapat dilekati oleh bentuk klitik ku-, -mu, dan –nya.
Berdasarkan cirri ini, kita dapat membuat konfigurasi untuk menentukan subjek klausa/kalimat sebagai berikut.
S = Apa/Siapa= P
2.4.2 Fungsi Predikat
Fungsi predikat (P) dalam sebuah klausa/kalimat biasanya dapat dinyatakan dengan pernyataan mengapa dan bagaimana subjek klausa tersebut. Ciri-ciri yang dapat dikemukakan berkaitan dengan fungsi ini adalah sebagai berikut.
a.    Predikat umumnya terletak di belakang fungsi subjek (S).
b.    Bagian yang menjelaskan/menerangkan subjek (S).
c.    Predikat umumnya diisi verba dan bukan verba
d.    Mengacu pada cirri tersebut, konfigurasi untuk menentukan predikat dapat dibuat sebagi berikut.
P = Mengapa/Bagaimana = S
2.4.3 Fungsi Objek
    Fungsi objek dalam sebuah klausa/kalimat biasanya dapat diketahui dengan jalan menajukan pertanyaan apa atau siapa yang terletak di belakang P atau apa yang menjadi sasaran subjek (S) dan predikat (P). biasanya fungsi objek diduduki kata berkategori nomina. Sebuah konstruksi yang meiliki fungsi objek dapat diubah menjadi konstruksi pasif. Dalam transformasi aktif ke pasif, fungsi objek berubah menjadi fungsi subjek.
2.4.4 Fungsi Keterangan
    Fungsi keterangan (K) dalam sebuah klausa/kalimat dapat diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan kapan, di mana, ke mana, dari mana, mengapa, untuk, apa/siapa, berapa kali sesuatu tindakan dilakukan. Dari analisis sintaksis, fungsi keterangan dapat dipertukarkan tempatnya, bias di depan, di tengah, atau di belakang, seperti pada saya datang kemarin, kemarin saya datang, dan saya kemarin datang.


2.4.5 Komplemen
    Tataran fungsi yang sering pemahamnnya bertumpang tindih dengan fungsi objek adalah komplemen/pelangkap (Pel). Pada dasarnya, fungsi Kp ini sama dengan fungsi objek. Akan tetapi, dalam pemakaian berbahasa, terutama dalam transformasi klausa/kalimat aktif ke pasif, yang selalu bertindak sebagai subjek kalimat pasif adalah objek dalamk kalimat aktif, bukan komplemen (bila dalam konstruksi terdapat komplemen). Jadi, untuk menuji, apakah sebuah konstituen berfungsi sebagai Pel atau O (terutama klausa aktif), dapat dilakukan dengan mengubahnya ke klausa pasif.
Selain itu, fungsi Pel ini agak berbeda keberadannya dengan fungsi O. kehadiran sebuah komplemen (Kp) dalam sebuah konstruksi biasanya bersifat wajib. Berbeda dengan objek. Ada konstruksi yang mewajibkan kehadiran objek (dalam konstruksi transitif), tetapi ada pula yang tidak mewajibkan kehadirannya (dalam konstruksi intransitif). Sejumlah contoh dan analisis fungsi-fungsi sintaksis ini dapat dilihat pada pembahasan jenis-jenis klausa.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya terdiri dats subjek dan predikat. klausa atau gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat. perbedaan antara klausa dan kalimat terletak pada ada tidaknya intonasi akhir atau tanda kesenyapan ([.], [!], [?]).
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif  sangat penulis harapkan dari para pembaca.












DAFTAR PUSTAKA
Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar