BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan yang dikisahkan dalam bentuk puisi, prosa maupun drama. Novel merupakan bentuk kesusatraan yang secara perbandingan adalah baru. Kehadiran bentuk novel sebagai salah satu bentuk karya sastra berawal dari kesusastraan Inggris pada awal abad 18. Dikatakan bentuk yang baru karena jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang seperti puisi, drama dan lain-lain yang lebih dulu dikenal.
Novel Negeri 5 Menara adalah sebuah karya fiksi yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis berbakat Ahmad Fuadi. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang Alif untuk menggapai cita-citanya. Alif bercita-cita dapat bersekolah di SMA dang ingin menjadi seorang Habibie akan tetapi orang tuanya menentang kemauan Alif. Dengan keputusan setengah hati ia merantau ke Jawa Timur untuk mengikuti kemauan orang tuanya melanjutkan sekolah di sekolah agama.
Begitu banyak konflik batin yang ia hadapi di Pondok Madani. Alif bertemu dengan kelima sahabatnya yaitu Said, raja, Atang, Baso dan Dulmajid sehingga mereka mempunyai gelar para Sahibul Menara yang melukiskan mimpi-mimpi mereka diatas awan. Dan Randai yang tak henti-hentinya mengabarkan kepada Alif tentang kehidupannya di SMA, semua itu membuat Alif menjadi iri, betapa tidak, mimpi Randai adalah mimpinya juga akan tetapi takdir berkata lain, ketika Randai dapat mengejar cita-citanya sesuai dengan mimpinya bersekolah di SMA dan meraih prestasi yang gemilang sedangkan Alif harus menghadapi kehidupan di PM yang sehari-harinya berurusan dengan hapalan, hukuman, dan kantor Keamanan Pusat.
Novel ini juga sangat inspiratif dan memotivasi karena dalam novel ini tergambar jelas bagaimana sosok Alif betul-betul belajar keikhlasan dan mengamalkan mantra MAN JADDA WAJADA.
Perjalanan Alif sangat menarik untuk diikuti karena selain persahabatan yang begitu lekat dan erat, novel ini berhasil memompa semangat para pembaca agar tidak takut bermimpi tinggi, karena Insya Allah ada jalan untuk semua mimpi.
1.2 Masalah
Masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah analisis struktural dalam novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendiskripsikan struktur dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang struktur novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi.
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang struktur novel negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tokoh
Istilah tokoh dan penokohan menunjuk pada pengertian yang berbeda. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Penokohan dan karakteristik menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Pengertian Tokoh Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh Utama menurut Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan.
Menurut Nurgiyantoro (1995:176) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan, tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama. Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara yaitu tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan.
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002:80).
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.
Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang.
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya.
Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
2.2 Plot/Alur
Plot harus mampu menjawab tiga hal dari enam pertanyaan yang diajukan apa, bagaimana dan mengapa. Plot adalah peristiwa kunci cerita dan logika yang menggabungkan peristiwa utama dengan peristiwa lainnya, yang berfungsi memperkuat peristiwa itu. Plot menjalin sebab dan akibat untuk membangun hubungan ini. Tolstory mengandalkan filosofi tradisional yang berdasarkan pada sebab akibat ( atau paling tidak hubungan antara berbagai peristiwa yang terjadi) dan nilai-nilai dasar yang berharga seperi kehidupan dan cerita.
Menurut foster (dalam nurgiantoro, 2000:114), plot menampilkan kejadian-kejadian yang mengdung komflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca untuk mengetahui kejadian-kejadian berikutnya. Namun, tentu saat hal itu tak akan dikemukakan begitu saja secara sekaligus dan cepat oleh pengarang, melainkan disiasati dengan hanya dituturkan sedikit demi sedikit mengenai peristiwa-persitiwa yang sebenarnya, atau menyambunyikan sesuatu yang menjadi kunci permasalahan.
Dilihat dari fungsinya. Menurut buolton (sukada, 1987:73) ada dua fungsi plot, yaitu (1) plot membawa pembaca kearah maju dalam memahami cerita, sekalipun sesungguhnya tidak semua detail dapat diketahui, (2) secara sederhana, plot menyediakan tahap atau peluang bagi penulis untuk meletakan seseatu yang dikehendaki.
Berbagai pengertian tentang plot yang dikemukakan para ahli, walau berbeda dalam hal perumusan, biasanya mempergunakan kata-kata “kunci” peristiwa-peristiwa yang berhubungan sebab akibat itu.
Stanton (1965: 14) misalnya, mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (1966: 14) mengemukakan plot sebagai peristiwa- peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Jauh sebelumnya, seperti ditujukan diatas, Forster (1970 (1927) : 93) adalah peristiwa- peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Untuk memperoleh keutuhan sebuah plot cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (midle), dan tahap akhir (end) (Abrams, 1981: 138). Ketiga tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah plot karya fiksi yang bersangkutan.
Tahap awal. Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Ia misalnya, berupa penunjukan dan pengenalan latar, seperti nama-nama tempat, suasana alam, waktu kejadian (misalnya ada kaitannya dengan waktu sejarah), dan lain-lain, yang pada garis besarnya berupa deskripsi setting. Selain itu, tahap awal juga sering dipergunakan untuk pengenalan tokoh-tokoh cerita, mungkin berwujud deskripsi fisik, bahkan mungkin juga telah disinggung (walau secara implisit) perwatakannya.
Tahap tengah, tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebulumnya. Menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Konflik yang dikisahkan, seperti telah dikemukakan diatas, dapat berupa konflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi antar tokoh cerita, antara tokoh-tokoh pratagonis dengan tokoh-tokoh dan kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik (utama) telah mencapai titik intensitas tertinggi (tentang konflik dan klimaks dapat dilihat kembali pada pembicaraan sebelumnya).
Tahap akhir. Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap pelarian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi bagian ini misalnya (antara lain) berisi bagaimana kesudahan cerita, atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Membaca sebuah karya cerita yangmenegangkan, yang tinggi kadar suspense-nya, kita sering mempertanyakan: bagaimanakah kelanjutannya, dan bagaimanakah pula akhirnya (pengakhirannya), dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan bagaimana “nasib” (tokoh-tokoh). Bagaimana bentuk penyelesaian disebuah cerrita, dalam banyak hal ditentukan (atau dipengaruhi oleh hubungan antartokoh dan konflik (termasuk klimaks yang dimunculkan.
2.3 Latar
Pada dasarnya, setiap karya satra (novel) yang membentuk cerita selalu memiliki latar. Latar adalah situasi, tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Tercakup pula di dalamnya lingkungan geografis, pekerjaan, benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat terjadinya cerita waktu, suasana dan periode sejarah. Adanya penggunaan latar dalam sebuah cerita, membuat pembaca atau penikmat sastra seolah-olah seperti dalam kehidupan sebenarnya. Dalam hal ini penggunaan latar sangat mendukung terciptanya karya sastra dan menarik perhatian para pembaca atau penikmat sastra. Latar atau seting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan linggkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175). Stanton (1965) mengelompokan latar, bersama tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal ini yang akan dihadapi dan dapat di imajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah yang secara kongkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, dimana dan kapan.
Ada beberapa fungsi latar, yaitu (1) dapat memberikan informasi (tempat, waktu), (2) sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh, dan (3) menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (sudjiman, 1988:44) sejalan dengan butir ketiga, latar memiliki fungsi psikologis sehingga mampu menuansakan makna tertentu. ( Aminuddin, 1995:67).
Latar memberikan pijakan cerita secara kongkrit dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca denagan demikian merasa dipermudah untuk “mengoprasikan” daya imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih bakrab. Pembaca seolah-olah merasd menemukan dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya. Hal ini akan terjadi jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya kedalam cerita.
Analisis latar dibedakan atas latar fisik seperti bangunan, daerah dan sebagainya; sedangkan latar sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial, adat kebiasaan, cara hidup dan bahasa yang melatari peristiwa (Sudjiman, 1988:44) hal tersebut secara langsung maupu tidak langsung diungkapkan oleh pengarang lewat tokoh-tokohnya dalam sebuah cerita. Penafsiran latar sosial memerlukan suatu interpretasi awal untuk memahami latar tersebut dalam kaitan dengan keseluruhan cerita.
BAB III
METODE
3.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa unsur yang menggambarkan struktur cerita dalam novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi yang meliputi tokoh, alur dan latar. Serta unsur-unsur yang merupakan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama cetakan keenambelas April tahun 2012 tebal buku 423 halaman yang merupakan koleksi pustaka pribadi dan data tertulis lain yang mendukung penelitian ini.
3.2 Teknik Analisis
Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural yang menelaah unsur-unsur yang membangun dari dalam sebuah karya sastra. Pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai suatu karya yang bersifat otonom dan dapat berdiri sendiri. Pendekatan struktural pada dasarnya menggiring para pembaca/penikmat sastra dalam upaya mengenal unsur-unsur intrinsik suatu karya sastra. Hal ini sesuai dengan masalah utama dalam penelitian ini, yaitu struktur cerita dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Dalam menggunakan pendekatan struktural, penulis mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan struktur cerita.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Tokoh
4.1.1 Identifikasi Tokoh
Tokoh-tokoh yang terdapat pada novel Negeri 5 Menara adalah:
1. Alif Fikri
2. Ayah
3. Amak
4. Pak Etek Gindo
5. Dulmajid
6. Raja
7. Atang
8. Said
9. Baso
10. Ismail
11. Burhan
12. Teuku
13. Shaleh
14. Kiai Rais
15. Kak Iskandar
16. Randai
17. Ustad Salman
18. Ustad Faris
19. Ustad Jamil
20. Ustad Badil
21. Ustad Karim
22. Ustad Torik
23. Ustad Abu Razi
24. Ustad Fatoni
25. Ustad Khalid
26. Ustad Khaidir
27. Rajab Sujai/Tyson
28. Mbok Warsi
29. Kak Saif
30. Kak Jamal
31. Pencuri
32. Bapak Yunus
33. Ayah Said
34. Sarah
35. Ibu Saliha, Istri Ustad Khalid
4.1.2 Hubungan Antar Tokoh
1. Alif Fikri
2. Ayah
3. Amak
4. Pak Etek Gindo
5. Dulmajid
6. Raja
7. Atang
8. Said
9. Baso
10. Ismail
11. Burhan
12. Teuku
13. Shaleh
14. Kiai Rais
15. Kak Iskandar
16. Randai
17. Ustad Salman
18. Ustad Faris
19. Ustad Jamil
20. Ustad Badil
21. Ustad Karim
22. Ustad Torik
23. Ustad Abu Razi
24. Ustad Fatoni
25. Ustad Khalid
26. Ustad Khaidir
27. Rajab Sujai/Tyson
28. Mbok Warsi
29. Kak Saif
30. Kak Jamal
31. Pencuri
32. Bapak Yunus
33. Ayah Said
34. Sarah
35. Ibu Saliha
4.1.3 Karakter Tokoh
1. Alif
Karakter Alif dalam novel Negeri 5 Menara sangat ulet, penurut, baik, sabar sungguh-sungguh dan konsisten. Alif juga sosok yang tidak mudah menyerah demi mencapai mimpi-mimpinya.
2. Ayah Alif
Tokoh Ayah Alif di sini memiliki watak pendiam dan penuh kasih sayang terhadap keluarganya penuh dengan kesederhanaan.
3. Amak
Ibu Alif adalah sosok ibu yang tegar, sabar, lembut, dan disiplin.
4. Pak Etek Gindo
Pak Etek Gindo adalah paman Alif, ia sosok paman yang baik, karena dialah Alif sampai bisa masuk do Pondok Madani dan menjadi seperti sekarang.
5. Randai
Karakter seorang Randai digambarkan sebagai sosok yang pada dasarnya baik dan setia kawan, namun ambisius serta kadang juga egois.
6. Ismail
Karakter Ismail baik, murah senyum.
7. Said
Said adalah sahabat Alif yang sangat baik, dia juga dermawan dan selalu berhuznuzan
8. Baso
Baso adalah sahabat Alif yang sabar, rajin dan sangat pandai menghapal.
9. Ustad Torik
Ustad Torik adalah ustad yang sangat pandai dan rajin berolahraga, dia juga bijaksana.
10. Ustad Salman
Ustad Salman adalah ustad yang sangat pandai dan kreatif.
11. Tyson
Tyson adalah penjaga keamanan di PM dan ia adalah sosok yang tegas, disiplin tinggi namun baik dan ramah kepada setiap orang.
12. Raja
Raja adalah sahabat Alif yan baik dan sangat pandai dan ia sangat ahli dalam berpidato.
13. Atang
Atang adalah sahabat Alif yang baik hati ia selalu membantu sahabatnya yang membutuhkan bantuannya.
14. Kiai Rais
Kiai Rais adalah sosok pemimpin yang cerdas, berwibawa, baik dan disegani, ia memiliki kharisma sehingga para murid PM sangat mencintainya.
15. Ustad Khalid
Ustad khalid sekilas digambarkan sebagai tokoh yang sangat serius, namun semakin di dalami karakternya, beliau adalah orang yang sangat ramah dan suka melucu.
16. Ibu Saliha
Ibu Salihah adalah istri Ustad Khalid yang sangat lembut, murah senyum, dan sangat ramah.
17. Sarah
Sarah digambarkan sebagai gadis yang sangat lembut, periang, murah senyum, aktif, tidak malu menyampaikan penpat dan ia sangat cerdas.
18. Dulmajid
Tokoh Dulmajid adalah sahabat Alif yang baik hati ia selalu membantu sahabatnya yang membutuhkan bantuannya.
19. Burhan
Burhan adalah sosok yang baik, ia memandu para orang tua sisiwa yang ingin berkeliling di PM.
20. Teuku
Teuku adalah teman Alif semasa di Pondok Madani karakternya tidak di jelaskan secara detail.
21. Sholeh
Sholeh adalah teman Alif di Pondok Madani, ia sangat pandai mengaji.
22. Kak Iskandar
Kak Iskandar adalah tokoh yang tidak terlalu nampak dan gambarannya kurang jelas karakternya.
23. Ustad Faris
Ustad Faris adalah ustad yang pandai dan ikhlas dalam membimbing para murid-muridnya.
24. Ustad Jamil
Ustad Jamil adalah ustad yang baik, dan pandai.
25. Ustad Badil
Ustad Badil adalah sosok yang sangat baik dan pandai.
26. Ustad Karim
Ustad Karim adalah sosok yan tidak banyak di gambarkan dalam novel Ranah 3 Warna.
27. Ustad Fatoni
Ustad Fatoni adalah ustad yang baik dan layak dijadikan teladan bagi para siswa.
28. Ustad Khaidir
Ustad Khaidir tidak digambarkan secara jelas dalam novel ini.
29. Kak Saif
Tokoh Kak Saif adalah kakak senior yang baik.
30. Mbok Warsi
Mbok Warsi adalah seorang wanita parugh baya yang baik karena setiap hari ia membuat makanan dan melayani seluruh siswa PM.
31. Kak Jamal
Kak Jamal adalah kakak senior Alif, dia adalah sosok kakak yang patut diteladani.
32. Pencuri
Pencuri berwatak jahat karena ia berusaha mencuri dan melukai Alif dan kawan-kawannya.
33. Ustad Abu Razi
Ustad Abu Razi adalah seorang yang pandai berbicara dan santun.
34. Bapak Yunus
Bapak Yunus adalah tokoh yang yang baik, dia ayah yang baik dan suka menolong.
35. Ayah Said
Ayah Said adalah tokoh yang baik dan ramah, dia juga loyal.
4.1.4 Tokoh Utama dan Tokoh Bawahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Dalam novel Negeri 5 Menara, tokoh utamanya adalah Alif Fikri, sedangkan Tokoh bawahannya adalah Ayah, Amak, Pak Etek Gindo, Dulmajid, Raja, Atang, Said, Baso, Ismail, Burhan, Teuku, Shaleh, Kiai Rais, Kak Iskandar, Randai, Ustad Salman, Ustad Faris, Ustad Jamil, Ustad Badil, Ustad Karim, Ustad Torik, Ustad Abu Razi, Ustad Fatoni, Ustad Khalid, Ustad Khaidir, Rajab Sujai/Tyson, Mbok Warsi, Kak Saif, Kak Jamal, Pencuri, Bapak Yunus, Ayah Said, Sarah dan Ibu Saliha, Istri Ustad Khalid.
4.1.5 Tokoh Bulat dan Tokoh Datar
Dalam Novel negeri 5 Menara tidak terdapat tokoh bulat, karena semua tokoh-tokohnya memiliki karakter yang konsisten dari awal sampai akhir cerita. Sedangkan tokoh datar yang terdapat dalam novel ini adalah:
1. Alif Fikri
2. Ayah
3. Amak
4. Pak Etek Gindo
5. Dulmajid
6. Raja
7. Atang
8. Said
9. Baso
10. Ismail
11. Burhan
12. Teuku
13. Shaleh
14. Kiai Rais
15. Kak Iskandar
16. Randai
17. Ustad Salman
18. Ustad Faris
19. Ustad Jamil
20. Ustad Badil
21. Ustad Karim
22. Ustad Torik
23. Ustad Abu Razi
24. Ustad Fatoni
25. Ustad Khalid
26. Ustad Khaidir
27. Rajab Sujai/Tyson
28. Mbok Warsi
29. Kak Saif
30. Kak Jamal
31. Pencuri
32. Bapak Yunus
33. Ayah Said
34. Sarah
35. Ibu Saliha, Istri Ustad Khalid
4.1.6 Tokoh Antagonis dan Protagonis
Tokoh antagonis pada novel Negeri 5 Menara adalah pencuri, karena pencuri tersebut berusaha merampok Pondok madani dan menyakiti Alif dan Dulmajid.
Sedangkan tokoh protagonist pada novel Negeri 5 Menara ini adalah Ayah, Amak, Pak Etek Gindo, Dulmajid, Raja, Atang, Said, Baso, Ismail, Burhan, Teuku, Shaleh, Kiai Rais, Kak Iskandar, Randai, Ustad Salman, Ustad Faris, Ustad Jamil, Ustad Badil, Ustad Karim, Ustad Torik, Ustad Abu Razi, Ustad Fatoni, Ustad Khalid, Ustad Khaidir, Rajab Sujai/Tyson, Mbok Warsi, Kak Saif, Kak Jamal, Pencuri, Bapak Yunus, Ayah Said, Sarah dan Ibu Saliha, Istri Ustad Khalid
4.2 Alur
4.2.1 Sekuen
Washingtin DC, Desember 2003, jam 16.00
1. Alif mempersiapkan barang-barang bawaannya.
2. Alif mendapat e-mail dari Atang.
3. Alif mendapat kabar tentang Raja dari Atang.
4. Alif mengulas masa lalunya.
5. Alif lulus dari Madrasah Tsanawiyah.
6. Amak mengajak Alif berbicara.
7. Amak menginginkan Alif masuk Madrasah.
8. Alif tidak ingin masuk Madrasah di Bukittinggi.
9. Alif bercita-cita masuk SMA di Bukittinggi.
10. Pak Etek Gindo mengirimkan surat kepada Alif.
11. Alif memutuskan masuk Pondok Madani di Jawa Timur.
12. Alif meninggalkan kampung pergi ke Pulau Jawa untuk menuntut ilmu.
13. Alif menaiki bus dan menyebrangi lautan untuk sampai ke Jawa Timur.
14. Alif sampai di terminal Ponorogo Jawa Timur.
15. Alif diantar ke Pondok Madani oleh Ismail, panitia penerimaan siswa baru.
16. Burhan menemani rombongan siswa baru berkeliling Pondok Madani.
17. Alif mengikuti ujian tes seleksi masuk PM.
18. Alif lulus tes ujian.
19. Alif memperkenalkan diri di depan kelas dipandu oleh Ustad Salman.
20. Alif dan seluruh murid baru berkumpul di aula.
21. Kiai Rais memberi petuah-petuah kepada murid baru.
22. Alif dan kawan-kawannya berbondong-bondong masuk dalam asrama.
23. Kak Iskandar membacakan qanun/peraturan yang tidak boleh dilanggar.
24. Alif, Atang, Raja, Baso, Said dan Dulmajid berbelanja di Koperasi.
25. Alif dan kelima kawan-kawannya melanggar qanun.
26. Alif dan kawan-kawannya mendapat hukuman dari Tyson.
27. Alif dan seluruh warga PM shalat magrib berjamaah di Masjid Jami’.
28. Alif dan kelima kawannya dipanggil oleh Mahkamah Keamanan.
29. Alif dan kelima kawannya mendapatkan hukuman dari Mahkamah Keamanan.
30. Alif dan kelima Kawnnya mendai jasus/mata-mata.
31. Alif mendapatkan dua orang jasus.
32. Alif memakai sarung dan kurban untuk pergi ke Masjid.
33. Alif teringat kejadian tentang sarung bersama Ayahnya di Pasar Matur ketika ia masih SD.
34. Alif, Atang, Raja, Said, Baso dan Dulmajid sering berkumpul dan belajar bersama.
35. Alif, Atang, Raja, Said, Baso dan Dulmajid sepakat di bawah menara adalah tempat mereka berkumpul dan belajar bersama.
36. Alif dan kelima kawannya bercerita tentang mimpi mereka di bawah menara.
37. Alif, Atang, Raja, Said, Baso dan Dulmajid menamai diri mereka para sahibul menara yaitu pemilik menara.
38. Said membuat kata sandi untuk para sahibul menara.
39. Said menara 1, Raja menara 2, Alif menara 3, Atang menara 4, Dulmajid menara 5 dan Baso menara 6.
40. Randai adalah sahabat Alif sejak kecil.
41. Randai adalah anak saudagar kaya.
42. Randai dan Alif bersahabat di tengah persaingan.
43. Alif dan Randai gemar berkirim surat.
44. Alif menerima surat dari Randai.
45. Alif merasa iri kepada Randai.
46. Randai dapat masuk di SMA sesuai cita-citanya.
47. Alif mengikuti kelas tambahan bersama Ustad Salman.
48. Ustad Salman mengajak murid-muridnya berkeliling dunia dengan membaca buku.
49. Alif mendapat kekuatan dan semangat dari Ustad Salman.
50. Alif belajar bahasa Arab bersama Ustad Salman.
51. Alif sangat tertari dengan pelajaran Tarikh/sejarah dunia.
52. Alif mengikuti pelajaran Al-Qur’an dan Hadis bersama Ustad Faris.
53. Alif menyukai pelajaran Khatul Arabi/kaligrafi Arab.
54. Alif menyukai pelajaran mahfhuzat.
55. Bahasa Inggris adalah pelajaran favorit Alif.
56. Hari jum’at adalah hari kemuliaan bagi Alif.
57. Kupon makan Alif hilang.
58. Alif hanya mendapatkan kuah rendang.
59. Said mengajak Sahibul Menara ke Ponorogo.
60. Alif dan kawan-kawannya meminta izin di Kantor Pengasuhan.
61. Alif dan kawan-kawannya berhasil keluar dari gerbang PM.
62. Alif dan kawan-kawannya menyewa sepeda ontel.
63. Alif dan kawan-kawannya berkeliling di Kota Ponorogo.
64. Alif dan kawan-kawannya makan sate dan berbelanja keperluan sekolahnya.
65. Alif dan kawan-kawannya melewati asrama putri.
66. Alif dan kawan-kawannya melewati bioskop.
67. Alif dan kawan-kawannya terlambat kembali ke PM.
68. Ustad Torik memaafkan kesalahan Alif dan kawan-kawannya.
69. Setiap pagi kakak dari penggerak bahasa masuk ke kamar meneriakkan kosa katabaru dan kemudian diikuti.
70. Alif mengikuti segala yang diperintahkan kakak dari penggerak bahasa.
71. Alif dan kawan-kawannya mulai bisa berbicara bahasa Arab dan bahasa Inggris.
72. Alif semakin fasih berbahasa Arab.
73. Setiap tiga kali seminggu murid-murid PM diwajibkan mengikuti muhadarah atau latihan berpidato di depan umum.
74. Alif mendapat giliran berpidato bahasa Inggris.
75. Alif meminta Raja menjadi mentornya.
76. Dengan terburu-buru Alif menyelesaikan teks pidatonya.
77. Alif menghafal dengan fasih teks pidatonya.
78. Alif berlatih pidato di depan para sahibul menara.
79. Alif berpidato di depan umum.
80. Alif berhasil membius para hadirin melalui pidatonya.
81. Alif dan para sahibul menara menghabiskan waktu menjelang magrib di bawah menara Masjid.
82. Alif mengungkapkan keluh kesahnya kepada Sahibul menara di bawah menara.
83. Alif bergabung dengan majalah syams.
84. Tulisan Alif dimuat pada sebuah Koran.
85. Alif dipercayakan untuk memegang kamera di PM.
86. Alif memilih ekstrakulikuler sepak bola dibidang olahraga.
87. Atang memilih bidang teater.
88. Raja ingin belajar menjadi singa podium dalam berbagai bahasa dunia.
89. Baso bertekad bulat untuk menghafal 30 juz Al-Qur’an.
90. Dulmajid bergabung dengan tim perpustakaan.
91. Setiap dua kali seminggu Alif mengikuti lari pagi bersama.
92. Kiai Rais akan bertanding sepak bola melawan kelas 6 selection.
93. Alif dan kawan-kawannya menonton Kiai Rais bermain sepak bola.
94. Kiai Rais mencetak gol dengan indah.
95. Pertandingan dimenangkan oleh tim dari kelas 6.
96. Said ingin menjadi tukang sensor pada Koran yang ditempel di PM.
97. Alif ingin menjadi wartawan Tempo.
98. PM membebaskan muridnya menerima majalah dari luar negeri.
99. Murid PM dilarang menonton TV.
100. Alif dan kawan-kawannya ingin menonton Icuk Sugiarto dibabak semifinal dan final pada Piala Thomas secara langsung.
101. Dulmajid berbicara kepada Ustad Torik agar diizinkan menonton pertandingan final bulu tangkis.
102. Ustad Torik mengizinkan permintaan Dulmajid.
103. Seluruh murid dan ustad berkumpul di aula untuk menonton pertandingan.
104. Penonton tegang mengikuti jalannya pertandingan.
105. Indonesia kalah melawan Malaisya.
106. Semua murid berkumpul di aula.
107. Kiai Rais membuka musim ujian.
108. Kiai Rais member semangat kepada murid-muridnya.
109. Semua murid bersemangat mengikuti ujian.
110. Seluruh murid belajar untuk ujian.
111. Kelemahan Alif adalah dalam bahasa Arab dan hafalan.
112. Alif menambah ibadah shalat Tahajud untuk mempermudah ujiannya.
113. Alif selalu begadang & belajar malam atau sahirul lail.
114. Alif mengikuti ujian lisan.
115. Alif mengikuti ujian tulisan.
116. Ujian telah berakhir.
117. Alif bersantai dengan kawan-kawannya.
118. Alif menerima surat ketiga dari Randai.
119. Randai bercerita tentang liburan dan kemenangannya dalam lomba deklamasi.
120. Alif semakin iri dengan Randai.
121. Sahibul menara berkumpul dibawah menara.
122. Alif membaringkan diri menatap awan.
123. Alif melihat awan seperti benua Amerika.
124. Raja melihat awan seperti benua Eropa.
125. Baso dan Atang melihat awan seperti benua Asia dan Afrika.
126. Said dan Dulmajid lebih memilih Indonesia.
127. Alif dan sahibul menara bermimpi suatu saat akan pergi ke Negara sesuai impian mereka masing-masing.
128. Alif dan kelima kawannya mendapatkan nilai yang memuaskan.
129. Alif dan Baso tidak pulang berlibur.
130. Atang mengajak Alif dan Baso berlibur di Bandung bersamanya.
131. Alif dan Baso menerima permintaan Atang.
132. Tiga sahibul menara berlibur di Bandung.
133. Atang meminta Alif dan Baso member kuliah pendek memakai bahasa Arab dan Inggris kepada Komunitas Islam dan Seni di Universitas Padjajaran.
134. Alif membawakan pidato bahasa Inggris favoritnya.
135. Atang memasukkan guyonan sunda pada pidatonya.
136. Baso berpidato dengan lafaz Arabnya yang fasih.
137. Pendengar terpukau menyaksikan pidato dari tiga orang dan tiga bahasa yang berbeda.
138. Atang mengajak Alif dan Baso berkeliling Kota Bandung.
139. Atang membawa Alif dan Baso mengunjungi tempat-tempat terkenal di Bandung.
140. Said meminta Atang, Alif dan Baso dating ke Surabaya.
141. Keluarga Said menjemput Atang, Alif dan baso dengan hangat.
142. Said telah dijodohkan dengan seorang gadis yang berasal dari Arab.
143. Said mengajak ketiga temannya melihat toko keluarganya di pasar Ampel.
144. Said mengajak Atang, Alif dan Baso mencicipi makanan kesukaannya.
145. Said mengajak Atang, Alif dan Baso keliling keberbagai objek wisata di Surabaya.
146. Said, Atang, Alif dan baso menonton film terminator di Bioskop.
147. Said, Atang, Alif dan baso kembali ke PM.
148. Kurdi membawa berita baru kepada teman-temannya seusai liburan.
149. Kurdi memberitahu teman-temannya bahwa ada gadis cantik di PM.
150. Gadis itu bernama Sarah, anak dari Ustad Khalid.
151. Seluruh murid PM membicarakan Sarah.
152. Atang menantang Alif dapat berkenalan dengan Sarah.
153. Kamar Alif terpilih menjadi bulis lail atau pasukan ronda malam.
154. Said termasuk time lit Tapak Madani.
155. Sebagai bulis lail mendapat keringanan tidur lebih awal.
156. Setelah tidur dua jam, bulis lail tidak boleh tidur sampai subuh.
157. Alif dan Dulmajid berjaga di pos pinggir sungai bambu.
158. Jam 10 malam Alif dan Dulmajid tiba di lokasi.
159. Alif dan Dulmajid mulai meronda.
160. Alif dan Dulmajid bercerita tentang kelurganya.
161. Ayah Dulmajid hanyalah seorang petani garam dengan pendapatan yang pas-pasan.
162. Setelah lelah bercerita, Dulmajid mulai mengantuk.
163. Setelah meminum kopi, Alif dan Dulmajid bercerita lagi tentang cita-cita masa depan.
164. Alif dan Dulmajid tidak dapat menahan kantuk, mereka tertidur pulas.
165. Tyson membangunkan Alif dan Dulmajid.
166. Alif mendengar suara orang berteriak dan bunyi kaki berlarian.
167. PM dimasuki pencuri.
168. Alif dan Dulmajid melawan sang pencuri.
169. Pencuri berhasil ditangkap oleh Tim elit Tapak Madani
170. Alif, Dulmajid dan Said mendapat piagam penghargaan dari kiai Rais atas dedikasi kepada PM.
171. Alif menjalankan misinya untuk mewawancara Ustad Khalid.
172. Ustad Khalid adalah pribadi yang mengasyikkan.
173. Alif tidak bertemu Sarah.
174. Alif begadang di percetakan kampus, menunggui cetakan yang memuat perjalanan hidup Ustad Khalid.
175. Ustad Khalid menyukai laporan Alif.
176. Alif dipanggil Ustad Torik ke Kantor Pengasuhan.
177. Alif dipanggil Ustad Khalid kerumahnya minta tolong difoto keluarga.
178. Alif sangat senang dapat bertemu dengan Sarah lagi.
179. Alif mulai memfoto Ustad Khalid dan keluarga.
180. Alif diajak bicara santai oleh Ibu Saliha.
181. Alif berfoto bersama dengan kaluarga ustad Khalid.
182. PM adalah lingkungan yang membuat orang yang tidak belajar menjadi aneh.
183. Alif mendapat kiriman paket.
184. Amak mengirimkan rendang buat Alif.
185. Said mendapatkan kiriman sepasang sepatu bola.
186. Musim ujian datang lagi.
187. Alif dan semua kawan-kawannya sibuk belajar persiapan ujian.
188. Ujian berjalan dengan lancer.
189. Alif dan kawannya dapat menjawab soal lisan maupun tulisan.
190. Said konsentrasi latihan sepak bola untuk Final Piala Madani.
191. Hari jum’at setelah shalat ashar, lapangan sepak bola sudah dipenuhi oleh penonton.
192. Kak Is memberi semangat kepada asrama Al-Barq agar menjadi juara.
193. Asrama Al-Manar mengirim pemain-pemain yang tanggung, salah satunya Tyson.
194. Pertandingan telah dimulai, asrama Al-Barq melawan asrama Al-Manar.
195. Pertandingan berjalan ketat dan berat.
196. Babak pertama ditutup dengan skor 2-2.
197. Sampai babak kedua kedudukan tetap sama.
198. Alif diminta untuk menggantikan pemain yang cedera.
199. Alif bermain dengan sangat lincah.
200. Al-Barq menjadi juara baru mengalahkan Al-manar sebagai juara bertahan.
201. Beberapa hari Alif dirwat di puskesmas karena kakinya terluka.
202. Alif dan kelima kawannya sahibul menara mendapatkan nilai yang memuaskan.
203. Seluruh murid PM berkemas untuk pulang liburan bulan puasa dan lebaran.
Samudera Atlantik, Desember 2003
204. Alif kaget mendengar suara merdu beraksen British menawarinya poci kopi dan poci teh.
205. Alif tertidur selama 4 jam dalam penerbangan Wahington DC-London yang sangat nyaman.
206. Alif akan terbang ke London menemui dua kawan lamanya ketika di PM dulu.
207. Perempuan si rambut merah menawari Alif chocolate baklava, qatayef with cheese, dan Arabian ice cream with date.
208. Alif memilih Arabian ice cream with date, dengan campuran kurma ajwa.
209. Alif mengingat lagi kenangan dulu ketika ia di PM telah memasuki kelas 6.
210. Alif telah memasuki kelas 6, kelas penentuan di PM.
211. Kelas 6 adalah kelas paling bebas, paling berkuasa, tidak ada lagi manghukum, hukuman hanya dari ustad senior.
212. Menjalang ujian, para murid mendapat jatah makanan yang istimewa.
213. Alif dan kawan-kawannya pesta kurma.
214. Para murid berbondong-bondong masuk ke aula.
215. Kiai Rais memberi pengarahan bahwa kelas 6 mempunyai tugas yang sangat berat.
216. Kelas 6 harus mempersiapkan pertunjukan besar Class Six Show.
217. Kelas 6 juga harus bersiap menghadapi ujian akhir yang menantang.
218. Selama di PM, Alif banyak mendapatkan pelajaran, terutama keikhlasan.
219. PM memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mempraktikkan diri menjadi pemimpin.
220. Said menjadi ketua tukang sensor.
221. Raja menjadi tim penggerak bahasa.
222. Alif disuruh memilih dari dua posisi yang ditawarkan oleh Ustad Torik yaitu: Penggerak Bahasa Pada Asrama Cordova dan Redaktur Majalah Syams.
223. Atang menjadi Dewan Kesenian Pusat.
224. Dulmajid menjadi salah seorang dari lima redaktur majalah syams.
225. Baso menjadi Penggerak Bahasa Pusat.
226. Alif lebih memilih bergabung dengan majalah syams.
227. Alif mendapat lagi surat dari Randai.
228. Randai mengabarkan kepada Alif bahwa ia telah diterima di Teknik Mesin ITB.
229. Alif iri dengan Randai, semua yang didapatkan Randai adalah impian Alif juga.
230. Alif dipanggil ke kantor KP.
231. Alif dipercayakan menjadi Student Speaker di depan Mr. McGregor, Dubes Inggris.
232. Alif terus berlatih untuk persiapan menjadi student speaker.
233. Alif tampil diatas podium dengan percaya diri.
234. Duta Inggris memuji kepandaian Alif.
235. Sejak kecil Alif suka menulis buku diary.
236. Alif tertarik dengan dunia penulis dan wartawan.
237. PM akan mengadakan syukuran akbar dengan judul “ Milad 70 tahun PM”.
238. Alif menjadi wartawan Kilas 70.
239. Hari-hari Alif dihabiskan dengan membuat berita.
240. Alif mendapat tugas mewawancarai panglima ABRI Jendral Subono.
241. Presiden RI akan datang ke PM.
242. Alif dan kawan-kawannya akan menyelesaikan berita sebelum jam 12 malam.
243. Presiden telah datang ke PM.
244. Alif dan kawan-kawannya menjalankan misi mereka membuat Kilas 70 instant.
245. Kilas 70 instant selesai.
246. Presiden dan Kiai Rais merasa senang melihat hasil berita yang cukup memuaskan.
247. Alif dan kawan-kawannya sedang mempersiapkan Class Six Show.
248. Kelas 6 harus mempersembahkan pagelaran multi seni terhebat yang diproduksi kepada almamater tercinta.
249. Kelas 6 rapat di aula membicarakan show mereka.
250. Said membagi-bagi tugas kepada teman-temannya.
251. Alif dan kawan-kawannya berlatih untuk pertunjukkan.
252. Kelas 6 akan menampilkan tari, music, lawak, pantomime dan acrobat dalam pertunjukan mereka.
253. Kelas 6 akan mempersembahkan drama kolosal kisah perjalanan keliling dunia Ibnu Batutah selama 30 tahun.
254. Alif dan kawan-kawannya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pentas.
255. Atang, Said dan Alif pergi ke Surabay untuk mencari alat yang belum lengkap tanpa izin dari PM.
256. Jum’at malam, penonton telah memenuhi aula.
257. Pertunjukan dimulai.
258. Penonton terpukau, Kiai Rais memuji penampilan mereka.
259. Ustad Torik mengetahui kepergian Atang, Said dan Alif ke Surabaya.
260. Atang, Said dan Alif dibotak kepalanya karena melanggar peraturan.
261. Murid kelas 6 mempersiapkan diri untuk ujian.
262. Baso terlihat murung.
263. Baso mengeluarkan keluh kesahnya mengenai kelurganya kepada sahibul menara.
264. Baso adalah seorang yatim piatu.
265. Baso ingin pulang dan merawat neneknya.
266. Keputusan Baso telah bulat bahwa dia akan pulang.
267. Para sahibul menara melepas kepulangan Baso.
268. Setelah kepergian Baso, Alif berfikir ingin mengikuti jejak Baso keluar dari PM, mengejar cita-cita lamanya.
269. Alif mengirim surat kepada orang tuanya.
270. Ayah datang menemui Alif.
271. Ayah memberi motivasi kepada Alif.
272. Alif menurungkan niatnya keluar dari PM.
273. Seluruh kelas enam berkumpul di aula untuk mendengar petuah penting dari Kiai Rais.
274. Seluruh kelas enam berpindah tempat ke aula untuk persiapan ujian akhir.
275. Seluruh kelas enam belajar untuk persiapan ujian akhir ujian akhir.
276. Waktu ujian telah datang.
277. Alif menyelesaikan ujian lisan dan tulisan dengan baik. Sebulan penuh para siswa kelas enam telah berjuang.
278. Ujian telah selesai.
279. Para sahibul menara berkumpul dibawah menara.
280. Baso mengirimkan surat kepada kawan-kawannya di PM.
281. Baso mengabarkan bahwa dirinya kini sedang sbuk dengan kegiatan mengajar bahasa Arab dan menghapal Al-Qur’an.
282. Akhirnya Alif dan sahibul menara lulus, mereka bersyukur dan bahagia.
283. Alif dan kawan-kawannya mengikuti acara yudisium dan khutbah perpisahan.
284. Kiai Rais memberi pesan-pesan kepada murid-muridnya yang telah lulus.
285. Dipimpin Kiai Rais, seluruh murid berjabat erat dalam acara perpisahan.
286. Kiai Rais memeluk Alif sambil memberikan pesan-pesan kepadanya.
287. Para adik-adik memberikan ucapan selamat kepada seluruh murid kelas enam yang lulus.
288. Sahibul menara berangkulan bersama.
289. Alif tak kuasa menahan haru, kacamatanya berembun.
290. Esok paginya, mereka berkemas dan menaiki bus meninggalkan PM.
291. Alif terus menengok ke belakang, mengenang masa empat tahun silam ketika ia pertama kali masuk di PM dan kenangan bersama sahibul menara kampong diats awan.
London, Desember 2003
292. Alif sedang berada di Trafalgar Square, Amerika Serikat
293. Alif memperhatikan secara saksama sebuah menara granit
294. Raja turun dari sebuah bus double decker
295. Alif dan Raja bertemu setelah sebelas tahun berpisah
296. Alif kembali memperhatikan sosok yan semakin mendekat, dan dia adalah Atang
297. Alif dan Atang menginap di apartemen Raja
298. Raja tinggal bersama istrinya
299. Sepanjang malam Alif, Raja dan Atang bercerita tentang perjalanan mereka setelah lulus dari Pondok Madani
300. Atang bercerita tentang Said yang kini menjadi pengusaha batik, Baso yang kuliah di Al-Azhar
301. Meski sudah menuai sukses di negeri orang, mereka tetap merindukan tanah air dan ingin kembali.
302. Dulu shahibul menara hanya melukis imajinasinya di langit, namun kini semuanya telah jadi nyata. Jangan remehkan impian, karena Tuhan Maha Mendengar. Itulah pesan mereka.
4.2.2 Episodik
Awal Transformasi Akhir
Alif dari Maninjau Mendaftar ke Pondok Madani Merantau ke Jawa Timur
Belanja di Koperasi Terlambat ke masjid Di hukum
Sehat Bermain bola Cedera
Jadi wartawan majalah syams Wawancara Ustad Khalid Bertemu Sarah
Pergi ke Surabaya Tidak meminta izin Di gundul
4.2.3 Struktur Alur
4.2.3.1 Pengenalan
Awal cerita novel Negeri 5 Menara adalah ketika Alif yang lulus dari MTS, keinginannya begitu besar untuk masuk SMA dan menjadi seperti Habibie. Namun, keinginannya harus kandas karena orang tua Alif menginginkan Alif masuk di Madrasah Aliyah. Dengan setengah hati Alif memutuskan untuk merantau ke Jawa Timur dan masuk di Pondok Madani. Di PM Alif dengan kelima sahabatnya dan mendapat gelar Shahibul Menara.
4.2.3.2 Muncul Konflik
Konflik mulai muncul ketika Alif masih di kelas satu, hatinya mulai ikhlas masuk di Pondok Madani, namun surat dari Randai datang, dia menceritakan kepada Alif pengalamannya di SMA serta pretasi-prestasinya yang membuat Alif gusar dan kembali menggoyahkan hati Alif ingin pindah dari PM.
4.2.3.3 Klimaks
Klimaksnya adalah saat Randai mengirimkan kabar bahwa dia telah masuk di ITB, hati Alif semakin galau ditambah lagi satu shahibul menara telah keluar dari Pondok Madani, dia adalah Baso. Tekad Alif bulat untuk mengikuti jejak Baso dan ayah Alif pun harus datang untuk meyakinkan Alif agar tetap bertahan di PM.
4.2.3.4 Peleraian/Akhir
Ayah Alif berhasil meyakinkan Alif agar tidak keluar dari PM. Alif pun mengurungkan niatnya dan ia berkonsentrasi untuk persiapan ujian akhir. Dihari-hari terakhir Alif di PM ia habiskan untuk belajar agar lulus dan mendapatkan nilai yang baik.
Akhirnya Alif pun lulus dan kelima kawan-kawannya juga mendapatkan nilai yang baik. Dipimpin Kiai Rais seluruh siswa kelas enam mengadakan perpisahan. Kiai Rais menyampaikan pesan-pesan kepada anak didiknya. Seluruh Siswa berjabat erat menandai berakhirnya pendidikan mereka di PM, suasana haru tidak lepas dari acara tersebut bahkan banyak yang meneteskan air mata. Para Sahibul Menara saling berpelukan erat mengenang 4 tahun silam mereka merajut kebersamaan dan penuh kenangan, Atang tak sanggup menahan tangisnya, kacamata Alif pun berembun.
Esok paginya seluruh bus telah menunggu untuk mengantarkan para murid kelas enam kembali ke kampung halaman. Alif terus menatap ke belakang, menara masjid tetap menjulang gagah mengingatkan segala kenangan indah bersama Sahibul Menara. Itulah pemandangan pertama ketika Alif sampai empat tahun yang lalu di PM. Dan inilah pemandangan terakir yang Alif lihat di PM. Kampung di atas awan.
4.3 Latar
4.3.1 Latar Tempat
Latar tempat pada Novel Negeri 5 Menara adalah:
1. Panggung aula Madrasah
2. Langkan rumah
3. Ruang tengah
4. Kamar Alif
5. Bukittinggi
6. Bayur, kampung kecil yang permai.
7. Kawasan danau Maninjau
8. Merapi, kota Bukittinggi
9. Jambi
10. Kapal ferry
11. Dermaga merak
12. Terminal Ponorogo
13. Hamparan sawah hijau
14. Pondok Madani
15. Rumah tembok putih berkusen hijau terang
16. Dikamar calon pelajar
17. Di aula untuk tes
18. Di kelas
19. Asrama Al-barq
20. koperasi
21. Masjid Jami’
22. Di bawah menara PM
23. Kantor Mahkamah Pusat
24. Dapur umum
25. Kantor pengasuhan
26. Warung makan sate
27. Gerbang asrama putrid
28. Pelataran bioskop
29. Lapangan sepak bola
30. Lapangan bulutangkis
31. Tangga masjid
32. Kantin
33. Lapangan hijau
34. Dipinggir sungai
35. Dikamar mandi
36. Koridor asrama
37. Depan aula
38. Pelataran menara
39. Bandung
40. Rumah Atang
41. Masjid Unpad
42. Dago Pakar
43. Gedung sate
44. Took pakaian di Cihampelas
45. Alun-alun
46. Palasari
47. Lembang
48. Tangkuban perahu
49. Kampus ITB
50. Masjid Salman
51. Rumah Said
52. Kamar Said
53. Pasar Ampel
54. Rumah makan
55. Tunjungan Plaza
56. Jembatan Merah
57. Kebun binatang
58. Bioskop
59. Pos, di pinggir sungai bambu
60. Rumah Ustad Khalid
61. Beranda rumah Ustad Khalid
62. Taman belakang rumah Ustad Khalid
63. Di depan kelas
64. Tradisi di PM adalah berfoto bersama menjelang kenaikan kelas.
65. Kelas Alif membuat spanduk dengan bahasa Perancis.
66. Disamping rumah kiai Rais.
67. Sebelah gedung sekertaris PM.
68. Ditengah kamar.
69. Di puncak gedung asrama
70. Jumat sore
71. Kantor majalah syams.
72. Kantor baru didekat masjid.
73. Apotek
74. Sekeliling aula
75. Studio foto
76. Lapangan basket
77. Di sudut kamar yang sepi
4.3.2 Latar Waktu
Latar tempat pada novel Negeri 5 Menara adalah:
1. Sore itu pintu kayu kamar diketuk dua kali.
2. Suara cempreng pubertasku memecah keheningan minggu pagi.
3. Malam
4. Sore menjelang ashar
5. Subuh, suasana temaram, terang-terang tanah.
6. Jam 4 subuh
7. Jam 10 malam
8. Jam 2 pagi
9. Pagi
10. Menjelang subuh
11. Sebelum ashar
12. Setelah isya
13. Malam, menjadi bulis lail
14. Tidur lebih awal jam tujuh malam
15. Ronda malam
16. Jumat sore
17. Jam enam tepat
18. Setelah subuh
19. Jam 8 pagi
20. Matahari pagi.
21. Beberapa hari lagi
22. Satu minggu kemudian
23. 15 hari
24. Jam 6 pagi
25. Setiap hari
26. Hampir 3 jam
27. Sebulan penuh
28. Tinggal 2 minggu
29. Seminggu sebelum hari H
30. Jam 3 sore
31. Lima jam
32. Jam delapan malam
33. Dua hari lalu
34. Tiga hari kemudian
4.3.3 Latar Sosial Budaya
Latar budaya yang mayoritas adalah budaya jawa yang sangat mencolok dalam cerita dalam novel Negeri 5 Menera karya Ahmad Fuadi. Karena Alif adalah Jawa khususnya di Surabaya. Tetapi budaya Sumetera yang merupakan budaya asli di Maninjau tidak dapat dilepas pisahkan dari novel ini, karena Alif sebagai tokoh utama adalah perantau dari Maninjau. Selain itu budaya barat juga ditampilkan dalam novel ini, yakni budaya Amerika karena Alif sedang berada di Kanada, Amerika Serikat.
4.4 Hal Menarik atau Nilai
Hal menrik/ nilai yang didapat dari novel Negeri 5 Menara adalah sebagai berikut:
1. Pertemuan Alif dengan kelima sahabatnya dan mendapat gelar Shahibul Menara, kemudian mereka berlima melukiskan mimpi-mimpinya di awan.
2. Alif yang mampu beradaptasi dengan Pondok Madani dan dalam hitungan bulan sudah mampu berkomunikasi dengan bahasa bahasa Arab dan Inggris.
3. Alif diperycakan menjadi Studen Speaker dan mampu membawakan pidato di depan Dubes Inggris dengan apik dan memukau.
4. Dengan semangat olahraganya yang tinggi, Alif dan tim sepak bola kelasnya mampu memenangkan Piala Madani.
5. Dengan susah payah, Shahibul Menara berhasil membujuk Ustad Torik sehingga bisa menonton pertandingan final bulu tangkis Indonesia lawan Malaysia, padahal menonton TV di haramkan di PM.
6. Alif yang semasa liburan pergi ke kampung Atang di Bandung merasa itu adalah liburan yang paling berkesan. Ia mendapat kepercayaan menjadi pemateri dan memberikan ceramaah dalam tiga bahasa bersama Atang dan Baso. Setelah puas berlibur di Bandung, Alif, Atang dan Baso pergi berlibur ke Surabaya tepatnya ke rumah Said yang merupakan Kampung Arab, ayah Said keturunan Arab, segala ornamen dan perabotan di rumahnya bernuansa Arab, bahkan para pedagang di sekelilingnya banyak yang berasal dari Arab sehingga komunikasinya pun menggunakan Bahasa Arab.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh terbagi menjadi beberapa macam seperti: tokoh utama, tokoh bawahan, tokoh datar, tokoh bulat, tokoh antagonis dan tokoh protagonist. Tokoh utama pada novel Negeri 5 Menara adalah Alif Fikri karena ia sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Sedangkan tokoh bawahan seperti Ayah Alif, Amak, Raja, Said, Atang, Baso, Dulmajid dan yang lainnya.
2. Plot/alur adalah peristiwa kunci cerita dan logika yang menggabungkan peristiwa utama dengan peristiwa lainnya, yang berfungsi memperkuat peristiwa itu. Plot terbagi lagi menjadi sekuen, episodik dan struktur alur. Struktur alur terdiri atas pengenalan cerita, konflik, klimaks dan leraian atau penyelesaian. Dalam novel Negeri 5 Menara pengenalan cerita dimulai ketika Alif dengan keputusan setengah hati pergi ke Jawa Timur untuk bersekolah di Pondok Madani walaupun tidak sesuai keinginannya. Muncul konflik batin ketika Alif berkirim surat kepada Randai dan Randai menceritakan betapa indahnya bersekolah di SMA, seperti cita-cita mereka dulu. Tiba pada klimaks ketika Alif tidak lagi dapat menahan keinginannya untuk keluar dari PM dan masuk ke perguruan tinggi ITB seperti Randai, terlebih Baso salah satu Sahibul Menara yang telah pulang ke kampong halamannya. Dan penyelaesaiannya ketika Ayah datang ke PM dan memberi Alif kekuatan agar tetap bertahan di PM. Akhirnya ALif lulus dan meninggalkan Pondok Madani.
3. Latar/setting adalah situasi, tempat, waktu serta sosial/ budaya yang terjadi dalam sebuah cerita. Latar atau tempat pada novel Negeri 5 Menara ini adalah di Padang, pinggir Danau Maninjau, di Jawa Timur tepatnya Pondok Madani tempat Alif menuntu ilmu.
5.2 Saran
Ada pun yang menjadi saran dari penulis adalah sebagai beikut:
1. Penelitian ini butuh tindak lanjut yang lebih mendalam terutama dalam pengolahan data dan penggunaan teori yang akan digunakan demi sempurnnya tulisan ini.
2. Kepada para pembaca semoga karya ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, Ahmad. 2012. Negeri 5 Menara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar